Budidaya Pembesaran Lele Sangkuriang
Jika ada
komoditas perikanan yang selalu digairahi masyarakat untuk dibudidayakan,
itulah lele. Pasalnya, ikan berkulit licin ini memiliki pertumbuhan cepat. Terlebih
saat ini muncul lele sangkuriang yang merupakan varietas perbaikan dari lele
dumbo. Menurut pengalaman para petani pembesaran lele, pertumbuhan lele
sangkuriang lebih cepat dibandingkan dengan lele dumbo. Tebaran benih ukuran 4
- 6 cm sudah dapat dipanen kurang dari dua bulan.
Dari kacamata
usaha, masa budidaya yang singkat berarti menguntungkan karena dapat memangkas
anggaran pakan. Di samping pertumbuhan yang cepat, lele sangkuriang lebih tahan
terhadap penyakit. Tak heran, benih lele sangkuriang menjadi barang yang diperebutkan
para petani budidaya lele.
Membudidayakan
lele sangkuriang sendiri tidak sulit. Biaya produksi pun tak seberapa. Haraga
benih lele sangkuriang saat ini sekitar Rp 150 per ekor untuk ukuran 4—6 cm.
Sementara itu, harga jual lele konsumsi berkisar antara Rp 10 ribu hingga Rp 11
ribu per kilogram. Beban biaya produksi paling besar adalah pakan atau pelet.
Namun demikian, keuntungan masih cukup menjanjikan, apalagi jika benih yang
dipelihara cukup banyak.
Kolam Terpal
Kendala
mahalnya investasi kolam dapat disiasati dengan membangun kolam terpal. Kolam
model terpal mulai banyak diminati petani karena praktis dan efektif. Bahan baku terpal relatif murah
dan gampang dicari. Saat ini harga terpal per meter berkisar antara Rp 6.500 – Rp 8.000
Untuk
membangun kolam terpal pertama-tama harus menggali lahan tanah sekitar 60 cm.
Setelah diratakan, nantinya tanah yang sudah tergali tersebut dilapisi terpal yang
telah disediakan. Tanah sisa galian dapat dimanfaatkan untuk membuat tanggul di
sekeliling kolam dengan ketinggian sekitar 30 cm. Di atas tanggul tersebut
dibuat pagar bambu setinggi kurang lebih 30 cm yang berfungsi sebagai dinding
kolam bagian atas. Jika ditotal, tinggi kolam mulai dari dasar galian tanah,
tanggul, dan pagar bambu sekitar 120 cm. Itu merupakan ketinggian kolam ideal
untuk pembesaran lele sangkuriang.
Sebelum
ditebar benih, kolam yang sudah jadi harus dikondisikan terlebih dahulu. Pertama-tama, isi kolam dengan air bersih
yang bebas dari limbah dan bahan kimia setinggi kira-kira 50 cm.
Selanjutnya lakukan pengomposan atau
pemupukan menggunakan kotoran kambing dengan dosis 2 kilogram per meter persegi.
Misalkan kolam yang akan digunakan seluas 10 m2, kotoran kambing
yang dibutuhkan sebanyak 20 kg. Kemas kotoran kambing ke dalam karung dan diikat rapat. Kemudian masukkan ke dalam
kolam dan biarkan terapung selama kira-kira 8 hari.
Setelah hari ke delapan, keluarkan karung
tersebut dari dalam kolam. Sebelumnya, celupkan karung berisi kotoran kambing tersebut
dalam air kolam beberapa kali. Tujuannya, agar sisa kandungan zat organik yang
terdapat dalam kotoran kambing dapat keluar dari karung dan menyebar ke dalam
air. Setelah karung diangkat dan dikeluarkan dari kolam, selanjutnya benih lele
sudah bisa ditebarkan.
Bagi yang
masih coba-coba, disarankan memelihara lele dalam jumlah sedikit dulu, misalnya
1.000 ekor. Untuk memelihara lele sebanyak itu dibutuhkan luas kolam sekitar 10
m2, misalnya ukuran 5 x 2 m. Patokan kepadatan tebar benih lele
antara 100—120 ekor per meter persegi. Lebih dari kepadatan tersebut dapat
menghambat pertumbuhan ikan.
Sebaiknya penebaran
benih dilakukan pada saat cuaca tidak panas. Cuaca panas dapat menyebabkan suhu
air ikut panas. Benih ikan yang ditebar dalam air bersuhu panas bisa stres.
Karena itu, sebaiknya penebaran benih dilakukan di pagi atau sore hari.
Idealnya, budidaya pembesaran lele
sangkuriang dilakukan di dalam “kolam mati”, bukan kolam sirkulasi. Ketinggian
air dalam kolam pembesaran diatur secara bertahap. Pada awal penebaran benih,
ketinggian air 50cm. Kemudian berturut-turut ketinggian air ditambah disesuaikan
dengan pertumbuhan ikan. Maksimal ketinggian air kolam dipertahankan sekitar
100—110cm.
Pemeliharaan
Pemberian pakan harus teratur & sesuai aturan |
Pemeliharaan
lele sangkuriang cukup sederhana. Lele diberi pakan berupa pelet ikan buatan
pabrik. Jenis-jenis pelet yang umum dipergunakan petani di antaranya L1, PL2,
PL3 (untuk pelet apung), dan SNL (untuk pelet tenggelam).
Beberapa petani pembesaran lele sangkuriang
sudah memiliki rumusan baku
dalam pemberian jenis pelet. Untuk pemeliharaan 1.000 ekor lele dimulai dengan memberi
pakan pelet jenis L1 sebanyak 3 kg sejak awal penebaran benih. Setelah jenis L1
habis, selanjutnya diganti dengan pelet jenis PL2 sebanyak 5 kg. Kemudian
dilanjutkan dengan pelet jenis PL3 sebanyak 22 kg, dan terakhir jenis pelet SNL
sebanyak 70kg. Rumusan pemberian pakan tersebut cukup untuk membesarkan lele
sangkuriang hingga mencapai umur siap dipanen.
Frekuensi pemberian pakan minimal 3 kali
sehari, yakni pagi, siang, dan sore hari. Jika ingin hasil maksimal, pemberian
pakan bisa dilakukan hingga 5 sampai 6 kali sehari. Jarak pemberian pakan sebaiknya
tidak kurang dari 3 jam. Hal ini bertujuan agar makanan yang dikonsumsi lele
dapat terserap baik oleh tubuh lele. Selain itu, jika jarak pemberian pakan
terlalu dekat dapat menyebabkan lele tidak akan merespon pakan.
Pemberian pakan tambahan atau alternatif
seperti bangkai ayam, ikan rucah, dan lain-lain boleh dilakukan. Dengan catatan
diberikan pada lele yang sudah mendekati umur panen. Pemberian pakan tambahan bisa
mengurangi anggaran untuk pembelian pelet tenggelam. Pengadaan pelet tenggelam
yang semula 70 persen dari total pelet cukup diberikan 20 saja jika lele
diberikan pakan alternatif.
Untuk menyeragamkan pertumbuhan lele,
pemberian pakan diusahakan merata. Pemberian pakan dibagi menjadi tiga titik,
yakni kiri, tengah, dan kanan. Dalam memberi pakan sebaiknya sambil memperhatikan respon lele. Jika respon
lele menurun, sebaiknya hentikan pemberian pakan. Sisa pakan yang tidak
termakan lele akan menumpuk di dasar kolam. Dalam waktu yang cukup lama, sisa
pakan tersebut dapat menghasilkan zat yang dapat meracuni lele dan bisa menjadi
sumber penyakit. (Sumber: Tabloid Gesit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar