Jumat, 10 Februari 2012

Budidaya Pembesaran Lele Sangkuriang


Budidaya Pembesaran Lele Sangkuriang

Jika ada komoditas perikanan yang selalu digairahi masyarakat untuk dibudidayakan, itulah lele. Pasalnya, ikan berkulit licin ini memiliki pertumbuhan cepat. Terlebih saat ini muncul lele sangkuriang yang merupakan varietas perbaikan dari lele dumbo. Menurut pengalaman para petani pembesaran lele, pertumbuhan lele sangkuriang lebih cepat dibandingkan dengan lele dumbo. Tebaran benih ukuran 4 - 6 cm sudah dapat dipanen kurang dari dua bulan.
Dari kacamata usaha, masa budidaya yang singkat berarti menguntungkan karena dapat memangkas anggaran pakan. Di samping pertumbuhan yang cepat, lele sangkuriang lebih tahan terhadap penyakit. Tak heran, benih lele sangkuriang menjadi barang yang diperebutkan para petani budidaya lele.
Membudidayakan lele sangkuriang sendiri tidak sulit. Biaya produksi pun tak seberapa. Haraga benih lele sangkuriang saat ini sekitar Rp 150 per ekor untuk ukuran 4—6 cm. Sementara itu, harga jual lele konsumsi berkisar antara Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per kilogram. Beban biaya produksi paling besar adalah pakan atau pelet. Namun demikian, keuntungan masih cukup menjanjikan, apalagi jika benih yang dipelihara cukup banyak.

Kolam Terpal
Kendala mahalnya investasi kolam dapat disiasati dengan membangun kolam terpal. Kolam model terpal mulai banyak diminati petani karena praktis dan efektif. Bahan baku terpal relatif murah dan gampang dicari. Saat ini harga terpal per meter berkisar antara Rp 6.500 – Rp 8.000
Untuk membangun kolam terpal pertama-tama harus menggali lahan tanah sekitar 60 cm. Setelah diratakan, nantinya tanah yang sudah tergali tersebut dilapisi terpal yang telah disediakan. Tanah sisa galian dapat dimanfaatkan untuk membuat tanggul di sekeliling kolam dengan ketinggian sekitar 30 cm. Di atas tanggul tersebut dibuat pagar bambu setinggi kurang lebih 30 cm yang berfungsi sebagai dinding kolam bagian atas. Jika ditotal, tinggi kolam mulai dari dasar galian tanah, tanggul, dan pagar bambu sekitar 120 cm. Itu merupakan ketinggian kolam ideal untuk pembesaran lele sangkuriang.
Sebelum ditebar benih, kolam yang sudah jadi harus dikondisikan terlebih dahulu. Pertama-tama, isi kolam dengan air bersih yang bebas dari limbah dan bahan kimia setinggi kira-kira 50 cm. Selanjutnya lakukan pengomposan atau pemupukan menggunakan kotoran kambing dengan dosis 2 kilogram per meter persegi. Misalkan kolam yang akan digunakan seluas 10 m2, kotoran kambing yang dibutuhkan sebanyak 20 kg. Kemas kotoran kambing ke dalam karung dan diikat rapat. Kemudian masukkan ke dalam kolam dan biarkan terapung selama kira-kira 8 hari.
Setelah hari ke delapan, keluarkan karung tersebut dari dalam kolam. Sebelumnya, celupkan karung berisi kotoran kambing tersebut dalam air kolam beberapa kali. Tujuannya, agar sisa kandungan zat organik yang terdapat dalam kotoran kambing dapat keluar dari karung dan menyebar ke dalam air. Setelah karung diangkat dan dikeluarkan dari kolam, selanjutnya benih lele sudah bisa ditebarkan.
Bagi yang masih coba-coba, disarankan memelihara lele dalam jumlah sedikit dulu, misalnya 1.000 ekor. Untuk memelihara lele sebanyak itu dibutuhkan luas kolam sekitar 10 m2, misalnya ukuran 5 x 2 m. Patokan kepadatan tebar benih lele antara 100—120 ekor per meter persegi. Lebih dari kepadatan tersebut dapat menghambat pertumbuhan ikan.
Sebaiknya penebaran benih dilakukan pada saat cuaca tidak panas. Cuaca panas dapat menyebabkan suhu air ikut panas. Benih ikan yang ditebar dalam air bersuhu panas bisa stres. Karena itu, sebaiknya penebaran benih dilakukan di pagi atau sore hari.
Idealnya, budidaya pembesaran lele sangkuriang dilakukan di dalam “kolam mati”, bukan kolam sirkulasi. Ketinggian air dalam kolam pembesaran diatur secara bertahap. Pada awal penebaran benih, ketinggian air 50cm. Kemudian berturut-turut ketinggian air ditambah disesuaikan dengan pertumbuhan ikan. Maksimal ketinggian air kolam dipertahankan sekitar 100—110cm.

Pemeliharaan
Pemberian pakan harus teratur & sesuai aturan
Pemeliharaan lele sangkuriang cukup sederhana. Lele diberi pakan berupa pelet ikan buatan pabrik. Jenis-jenis pelet yang umum dipergunakan petani di antaranya L1, PL2, PL3 (untuk pelet apung), dan SNL (untuk pelet tenggelam).
 Beberapa petani pembesaran lele sangkuriang sudah memiliki rumusan baku dalam pemberian jenis pelet. Untuk pemeliharaan 1.000 ekor lele dimulai dengan memberi pakan pelet jenis L1 sebanyak 3 kg sejak awal penebaran benih. Setelah jenis L1 habis, selanjutnya diganti dengan pelet jenis PL2 sebanyak 5 kg. Kemudian dilanjutkan dengan pelet jenis PL3 sebanyak 22 kg, dan terakhir jenis pelet SNL sebanyak 70kg. Rumusan pemberian pakan tersebut cukup untuk membesarkan lele sangkuriang hingga mencapai umur siap dipanen. 
Frekuensi pemberian pakan minimal 3 kali sehari, yakni pagi, siang, dan sore hari. Jika ingin hasil maksimal, pemberian pakan bisa dilakukan hingga 5 sampai 6 kali sehari. Jarak pemberian pakan sebaiknya tidak kurang dari 3 jam. Hal ini bertujuan agar makanan yang dikonsumsi lele dapat terserap baik oleh tubuh lele. Selain itu, jika jarak pemberian pakan terlalu dekat dapat menyebabkan lele tidak akan merespon pakan.
Pemberian pakan tambahan atau alternatif seperti bangkai ayam, ikan rucah, dan lain-lain boleh dilakukan. Dengan catatan diberikan pada lele yang sudah mendekati umur panen. Pemberian pakan tambahan bisa mengurangi anggaran untuk pembelian pelet tenggelam. Pengadaan pelet tenggelam yang semula 70 persen dari total pelet cukup diberikan 20 saja jika lele diberikan pakan alternatif.
Untuk menyeragamkan pertumbuhan lele, pemberian pakan diusahakan merata. Pemberian pakan dibagi menjadi tiga titik, yakni kiri, tengah, dan kanan. Dalam memberi pakan sebaiknya  sambil memperhatikan respon lele. Jika respon lele menurun, sebaiknya hentikan pemberian pakan. Sisa pakan yang tidak termakan lele akan menumpuk di dasar kolam. Dalam waktu yang cukup lama, sisa pakan tersebut dapat menghasilkan zat yang dapat meracuni lele dan bisa menjadi sumber penyakit.  (Sumber: Tabloid Gesit)


Rabu, 08 Februari 2012

Produksi Lele Cibanon


 Produksi Benih
    Kelompok Tani Pajajaran adalah salah satu kelompok tani di Desa Cibanon yang bergerak di usaha pembenihan dan pembesaran lele sangkuriang. Para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Pajajaran telah dilatih dan mendapat bimbingan teknis pembenihan dari sejumlah pakar perikanan.
Indukan Lele Sangkuriang
    Di atas lahan seluas 0,3 hektar, Kelompok Tani Pajajaran, membangun 19 unit kolam ikan lele, dari berbagai ukuran, sesuai spesifikasi yang dibutuhkan. Sesuai kegunaanya pembuatan kolam-kolam untuk pemijahan, penetasan serta pendederan dalam ukuran yang bervariasi.
     Untuk benih, kapasitas yang dihasilkan dalam satu bulan mencapai 200 ribu ekor. Benih tersebut dihasilkan dari indukan berkualitas dan memiliki sertifikat dari Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.
    Saat ini kami memiliki 10 paket indukan lele sangkuriang. Satu paket tersebut terdiri dari 5 ekor induk jantan dan 10 ekor induk betina. Sementara ini permintaan benih datang dari sekitar Bogor, Depok, Sukabumi, Cianjur, Bekasi dan Tangerang.

Harga Benih
     Harga benih yang diproduksi bervariasi tergantung ukuran.
1.      benih ukuran 2 – 3 cm…..Rp 45
2.      benih ukuran 3 – 4 cm …..Rp 85
3.      benih ukuran 4 – 5 cm……Rp 110
4.      benih ukuran 5 – 6 cm……Rp 130
5.      benih ukuran 6 – 7 cm……Rp 140
6.      benih ukuran 7 – 8 cm……Rp 165
Tanpa Minimum Order

Silahkan kunjungi lokasi usaha pembibitan kami yang terletak di Kampung Sinapeul Rt.03/02 Desa Cibanon Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.
    
Untuk pemesanan bibit secara langsung dapat menghubungi saudara :
1.Ucup  ( 08176832736 / 0856 9166 9711 )

Minggu, 29 Januari 2012

Lele Sangkuriang, Si Unggul Dari Sukabumi


Ade Sunarma
Lele sangkuriang sudah mulai dikenal luas. Namun masih banyak orang yang tidak tahu asal-usul ikan berkulit licin tersebut. Beruntung Gesit bertemu M. Abduh dan Ade Sunarma. Keduanya dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Selidik punya selidik, lele sangkuriang sejatinya adalah lele dumbo yang telah “direkayasa” sehingga memiliki keunggulan tertentu, seperti lebih tahan terhadap penyakit, pertumbuhan lebih cepat, dan jumlah telur yang dihasilkan lebih banyak.
Menurut Abduh, lele dumbo yang didatangkan ke Indonesia tahun 1985 lewat seorang pengusaha asal Tangerang sangat berkembang pesat. Namun sayangnya terjadi penurunan kualitas akibat perkawinan induk sekerabat (inbreeding). “Apalagi lele dumbo yang didatangkan ke Indonesia tersebut statusnya sudah hibrida. Induk jantan dari Taiwan sedangkan betinanya dari Afrika. Kita tidak punya induk murninya. Pada tahun 2000, setelah lele dumbo genap 15 tahun berkembang di Indonesia dilakukan analisis dan ternyata terjadi penurunan kualitas,” ungkap Abduh.
M.Abduh
 Melihat kenyataan tersebut, BBPBAT Sukabumi berusaha mengembalikan kualitas lele dumbo yang ada, dengan cara melakukan silang balik atau mengawinkan silang. Berdasarkan beberapa uji coba yang dilakukan, ternyata hasil persilangan terbaik yakni antara induk lele dumbo betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan induk yang dimiliki BBPBAT Sukabumi yang merupakan keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sementara itu, induk jantan F6 merupakan keturunan dari induk betina F2 yang juga masih sediaan induk di BBPBAT Sukabumi.
Menurut Ade, ternyata benih yang dihasilkan dari induk hasil silang balik tersebut terbukti unggul dan mendekati kualitas benih lele dumbo ketika awal diintroduksi ke Indonesia. Selain itu, kemampuan bertelur induk dan daya tetas telur terbilang tinggi.
Alhasil, pada tahun 2004 melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KP.26/MEN/2004 tanggal 21 Juli 2004,  lele hasil silang balik tersebut resmi dilepas secara luas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai komoditas baru ikan lele unggul. Lele tersebut kemudian diberi nama “lele sangkuriang” yang mengingatkan kita terhadap legenda Sangkuriang asal Jawa Barat (Dok. Tabloid Gesit)